Jumat, 31 Januari 2014

MAKALAH PRO KONTRA OSPEK


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
         Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau Ospek merupakan momentum bersejarah bagi setiap siswa yang memasuki pintu gerbang perguruan tinggi. OSPEK dengan seluruh rangkaian acaranya merupakan wahana awal pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Dengan kata lain bahwa baik tidaknya kepribadian mahasiswa di sebuah perguruan tinggi sedikit banyak ditentukan oleh baik tidaknya pelaksanaan OSPEK di perguruan tinggi tersebut. Pernyataan ini terkesan sangat ekstrim karena seolah-olah menafikan komponen lain dalam pembentukan kepribadian mahasiswa. Namun disadari atau tidak, pengalaman pertama yang diperoleh selama mengikuti OSPEK sangat berkesan bagi seorang mahasiswa, yang pada gilirannya akan terekspresi dalam kehidupan kesehariannya di lingkungan kampus.
Ospek bisa memiliki nilai yang baik dan juga nilai buruk, kebanyakan sebagian kita menganggap OSPEK itu adalah sebagai ajang balas dendam dari senior, namun dibalik itu OSPEK mendidik kita untuk bisa mempertahankan argumen,. Orang tua kita memang sering mengajarkan kita tentang kebaikan dan sikap sopan santun, sedangkan OSPEK memperkuat mental agar kita dapat menghadapi dunia luar dan orang lain, walaupun kita benar sekalipun senior akan tetap Membentak dan menyudutkan kita. Banyak dari kita menyalahkan arti dari ospek tersebut.

Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut
·         Setuju atau tidaknya dilakukan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus(OSPEK) bagi mahasiswa baru.










                                                               BAB II
ISI


Banyak yang setuju dengan diadakannya ospek namun banyak juga yang tidak setuju dengan adanya ospek. Padahal dari segi pembelajaran bagi MaBa (mahasiswa baru) terhadap dunia kampus, ospek bisa menjadi salah satu alternatif yang sangat baik. Awalnya untuk memperkenalkan aturan kampus ke mahasiswa baru. Mengakrabkan antar siswa. Menunjukkan tingkatan, situasi dan cara belajar yang berbeda. Sayangnya belakangan malah dipakai untuk menunjukkan senioritas kakak angkatan. Ini adalah ospek yang salah.
Tetapi perlu diingat bahwa ospek yang dimaksud disini merujuk pada ospek “yang sesungguhnya” yaitu orientasi studi dan pengenalan kampus. Konten dari ospek tersebut pun seharusnya benar-benar bermakna pengarahan orientasi studi pada mahasiswa baru yang bisa dikatakan masih asing pada bidangnya sekaligus pengenalan mahasiswa baru pada kampus secara umum.
Pembelajaran yang bisa diambil dari adanya ospek adalah mempererat rasa persaudaraan dengan teman satu angkatan. Dengan keadaan dimana harus saling mendukung dan sepenanggungan, egoisme dalam diri akan terkikis. Pembentukan karakter mahasiswa selama masa perkuliahan juga sedikit banyak ditentukan pada masa ospek. Pemahaman tentang aturan kampus dan kehidupan perkuliahan diperkenalkan saat ospek berlangsung. Kemudian sebagai tambahan pula sudah seharusnya mahasiswa baru juga diperkenalkan pada hak dan kewajiban serta tanggung jawab mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat, agar kemudian menumbuhkan mental mahasiswa yang tidak apatis dan anti-sosial.
Orientasi Mahasiswa sebagai sarana untuk memperkenalkan FKM seutuhnya kepada adik – adik kita. Seutuhnya yang meliputi :
1. Penanaman ideologi mahasiswa sebagai masyarakat, civitas akademi dan agen pembaruan
2. Pengenalan terhadap keilmuannya ( apa saja yang dipelajari , prospek kerja , dll )
3. Moralitas sebagai mahasiswa
4. Pengenalan kepada sarana dan prasarana dalam pembelajaran
5. Pengenalan terhadap individu – individu yang berada disekitarnya dan kondisi kekinian dari setiap individu tersebut.
Setuju atau tidak setuju, kegiatan ospek tetap dibutuhkan oleh para mahasiswa baru untuk memahasiswakan mereka setelah melewati fase siswa pada jenjang pendidikan sebelumnya. Metode ospek yang ideal bagi para mahasiswa baru seharusnya bertujuan agar mereka dapat memahami makna dari status mahasiswa yang kini mereka sandang. Apa pun metodenya, yang terpenting ialah metode tersebut tidak menyimpang dari makna ospek sebagai sarana menjadikan siswa ketahapn mahasiswa.
Setidaknya hal yang perlu ditanamkan para senior kepada para juniornya saat melakukan ospek ialah mengubah paradigma berpikir para mahasiswa baru agar dapat berpikir kritis dan global terhadap apa yang sedang dialami oleh bangsa ini. Nilai selanjutnya ialah memahami peran dari mahasiswa sebagai agent of change bagi bangsa Indonesia.
Menjelang tahun ajaran baru, perguruan tinggi menghadapi pekerjaan besar, yaitu menyelenggarakan masa orientasi mahasiswa baru. Istilahnya macam-macam, mulai dari Pekan Orientasi Mahasiswa Baru, Ta`aruf, dan lain-lain. Namun, istilah yang lazim dikenal publik adalah Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus).
Namanya juga proses orientasi, maka Ospek dirancang sebagai program pengenalan kampus, program pembinaan mahasiswa baru dan pengenalan wadah serta aktivitas lembaga kemahasiswaan. Itu teorinya. Kenyataannya, di lapangan, ada saja insiden yang mencederai mahasiswa, bahkan menewaskan mahasiswa baru. Beberapa universitas, sebesar ITB sekalipun, pernah "kecolongan" dengan insiden semacam ini.Ospek bertujuan membina mahasiswa baru agar mampu mengikuti kehidupan kampus. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Mahasiswa baru sebagian besar merupakan siswa SMA yang baru saja lulus (fresh graduate) Mereka dibesarkan dengan budaya akademik ala SMA, yang kebanyakan "disuapi" oleh materi kurikulum dalam buku-buku paket dan LKS.Pengenalan budaya akademik kampus bisa dimulai dari regulasi yang berlangsung di kampus. Misalnya, penjelasan mengenai satuan kredit semester (SKS), perencanaan studi, sanksi-sanksi akademis, dan lain-lain. Juga, perlu diperkenalkan siapa yang akan menjadi pengganti wali kelas dalam konteks kampus. Dari sini, mahasiswa baru diajak untuk mencermati tips dan trik belajar efektif, manajemen waktu, dan andai memungkinkan, berikan sekaligus materi tentang membaca buku teks dan menulis paper. Yang disebut terakhir ini ternyata merupakan standar dari Ospek-nya siswa SMA di Singapura!Pengenalan budaya akademik tidak semata-mata berkenaan dengan permasalahan studi. Akan tetapi merupakan bimbingan awal untuk mengenal kehidupan kampus. Inilah ajangnya lembaga mahasiswa memperkenalkan diri, sekaligus mempromosikan aktivitasnya. Tentu bukan untuk gagah-gagahan, atau ajang eksis semata. Melainkan guna membuka ruang-ruang alternatif bagi mahasiswa baru dalam mengekspresikan dan mengembangkan potensi dirinya secara positif!Setiap kampus memiliki nilai-nilai tersendiri untuk ditanamkan. Ajang Ospek semestinya digunakan sebagai awal untuk menanamkan dan memperkenalkan budaya khas dari masing-masing kampus.Jangan lupa, mahasiswa baru akan menghadapi tantangan yang cukup besar dalam kehidupan awal di kampus. Mereka akan berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak ditemui di masa SMA. Contoh kecil, menanggalkan budaya berseragam. Pada sebagian besar kampus, mahasiswa berpakaian bebas. "Kebebasan" ini kadang-kadang tidak siap diterima mahasiswa baru. Sehingga, tata cara berbusana pun kerap melanggar budaya kampus.Ajang eksis atau narsis?Kepanitiaan Ospek sering jadi masalah, sehingga menghadapkan mahasiswa/lembaga mahasiswa, dengan otoritas kampus pada posisi saling berseberangan. Mengapa demikian?Dalam dialog dengan rekan-rekan mahasiswa, acap terlontar pernyataan Ospek adalah "pesta mahasiswa". Oleh karena itu, mahasiswa menuntut agar penyelenggaraan Ospek sepenuhnya diserahkan pada mereka. Ada dua cacat logika dalam pernyataan tersebut. Pertama, pada istilah "pesta" mahasiswa baru. Ospek, punya misi sangat serius, yaitu menyiapkan mahasiswa baru agar mampu beradaptasi dengan budaya akademik yang baru. Logikanya, Ospek tidak bisa dan tidak boleh dianggap sebagai "ajang pesta"--apapun dalihnya. Ospek adalah ajang edukasi.Kedua, adalah keliru besar kalau dalih "pestanya mahasiswa" lantas dijadikan alasan untuk menyerahkan penyelenggaraan acara seserius ini semata-mata kepada rekan-rekan mahasiswa. Administrasi kampus dan dosen wajib terlibat. Ospek bahkan semestinya berada di bawah kontrol lembaga. Kontrol diperlukan agar Ospek berlangsung dalam koridornya. Ini sekaligus merupakan bentuk pertanggungjawaban kampus pada orangtua mahasiswa baru.




























BAB III
                  KESIMPULAN


Keterlibatan otoritas kampus, di antaranya dosen, diharapkan dapat memperbaiki citra Ospek yang selama ini terkesan hanya menjadi ajang narsis panitia (mahasiswa). Seolah menjadi tradisi yang tak dapat dihapus, dalam setiap Ospek dari tahun ke tahun, ada saja tugas mengumpulkan tanda tangan panitia. Masih banyak kok alternatif lain di luar cara "jadul" dan tidak kreatif seperti ini. Tradisi lain yang sering dipermasalahkan berkenaan dengan pelaksanaan tata tertib guna menumbuhkan mental disiplin. Penanaman disiplin sebagai bagian dari budaya kampus itu penting. Namun, citra kekerasan dan militeristik yang acap melekat sebagai konsekuensi penanaman disiplin dan tata tertib dalam Ospek perlu dihapus. Pemberian sanksi mestinya bersifat edukatif, mencerdaskan, bukan justru merendahkan martabat sang pelanggar disiplin. Katakanlah, seperti membuat karya tulis.Saya bayangkan, alangkah idealnya andai Ospek dilaksanakan sebagai ajang edukasi dalam semangat silaturahmi guna menyambut anggota keluarga baru. Sivitas akademika kampus, bagaimanapun, adalah sebuah keluarga. Betapa indah bila penyelenggaraan Ospek menjadi kerja sama semua pihak dalam kampus, dan dilaksanakan dalam semangat kebersamaan penuh kasih, tanpa dikotori oleh ego yang hanya memunculkan kecurigaan-kecurigaan nan tak beralasan.


0 komentar:

Posting Komentar